Self portrait is really a thing, buktinya kata ‘selfie’ udah masuk Oxford Dictionary. Nggak cuma jadi kebiasaan tiap ketemu temen tapi juga jadi ritual tiap kita ngerasa camera ready, apalagi ada Instagram, platform social media dengan fitur-fitur menggoda, gadget selfie expert yang bikin selfie jadi flawless dan ngasih kita kebebasan buat posting foto di manapun kita berada.
Dalam beberapa kasus, ada yang bad mood karena selfie-nya nggak on point bahkan frustasi karena udah selfie puluhan kali tapi nggak ada yang sesuai harapannya. ‘Talk and food can wait but first lemme take a selfie..’ they said.
[irp posts=”21228″ name=”Cara Mengambil Foto Menggunakan Siulan (100% Berhasil)”]
Hati-hati! Keseringan Selfie Mengakibatkan Gangguan Mental!

Selfie
Tanggal 25 Januari 2018, BBC ngelaporin ada seorang pria bernama T. Siva asal India yang ditabrak kereta karena maksa selfie di deket rel waktu keretanya jelas-jelas menuju ke arahnya. Udah banyak banget kejadian mengenaskan yang terjadi karena kita kurang hati-hati waktu lagi selfie.
Sebagian orang menyalahkan kemajuan teknologi, sisanya menyalahkan kelalaian pengguna. Well, teknologi itu niscaya, karena kita yang bisa nentuin cara menggunakan kecanggihan yang ada di depan mata. Ngomong-ngomong soal selfie, udah tahu belum kalo selfie bisa mempengaruhi kesehatan mental kita?
Tahun 2014 kabarnya American Psychiatric Association menggolongkan sikap obsesif selfie sebagai mental disorder meski habis itu mereka membantah dan menyatakan kabar itu adalah hoax.
Akhir tahun 2017, Janarthanan Balakrishnan peneliti dari Thiagarajar School of Management India berusaha menyempurnakan riset yang dimulai Dr. Mark Griffiths yang menggolongkan selfitis (sikap terobsesi dengan selfie) sebagai masalah kesehatan mental yang digolongkan jadi tiga level.
Ada borderline selfitis, buat mereka yang suka foto minimal tiga kali sehari tapi nggak mem-posting fotonya di social media, acute selfitis golongan yang minimal selfie tiga kali dan mem-posting semuanya di akunnya dan yang terakhir chronic selfitis yang tiap hari bisa selfie lebih dari enam kali dan sering posting foto-foto selfienya.

Selfie Bersama Teman
Menurut progres penelitian yang mereka jabarin, tiap orang punya alasan yang beda-beda tiap kali selfie dan mempostingnya ke social media. Kita terdorong banyak faktor seperti enjoying moment, ningkatin kePD-an dan buat mood booster (which is not bad at all).
Ada juga yang rajin selfie karena ada social competition seperti mau pamer ke mantan atau temen kalo kita makin cakep, ada juga yang terobsesi sama selfie karena pengen diapresiasi golongannya dengan mem-posting wefie (selfie rame rame sama temen), dan sisanya buat seeking attention yang menurut Griffiths didorong lack of self-confidence dan keinginan buat ‘fit in’.
Jadi nggak heran kalo para Psikolog selalu mengaitkan kebiasaan selfie dengan sikap narsis, self objectifying bahkan psikopat, karena kenyataannya konsultan Maudsley NHS Trust Dr. David Veale bahkan menggolongkan kebiasaan terobsesi selfie dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD). Kelainan ini dialami mereka yang selalu fokus sama kekurangan fisik dan menggunakan selfie sebagai alat untuk membenarkan pikiran negatif mereka.
Artikel Menarik Lainnya!
- Aplikasi Blog Praktis Buat Kita yang Suka Nulis!
- Tenyata dari Sini Asal Muasalnya Isitilah Selfie
- 8 Tips Ampuh Agar Diterima Bekerja di Google!
- Nonton Youtube Tanpa Boros Kuota? Sekarang Sudah Bisa!
- 7 Profesi Ini Dulunya Nggak Pernah Ada Sebelum Era Smartphone dan Digital Tiba
Jangan lupa untuk LIKE kita di Facebook, Follow Twitter dan Instagram TipsPintar.com. Ditambah lagi, biar gak ketinggalan video-video menarik dari kita, jangan lupa Subcribe YouTube Channel TipsPintar.com
