Isaac Florentine (“Acts of Vengeance“) adalah seorang sutradara yang terkenal akan film-film bertemakan martial arts seperti “Undisputed II: Last Man Standing” dan “Ninja: Shadow of a Tear“. Aktor Inggris Scott Adkins (“John Wick: Chapter 4“) juga melesat ke dunia perfileman berkat tangan dingin Florentine.
Karena track record tersebut, maka tak heran jika banyak pihak sangat menantikan film terbarunya, “Hounds of War“. Penonton akan memiliki ekspektasi bahwa film berdurasi 1 jam 34 menit ini bakal menyajikan banyak aksi seru. Seperti apa?
Brotherhood Vengeance
Ryder (Frank Grillo, “Captain America: The Winter Soldier“) adalah seorang tentara bayaran senior yang sudah lama berniat untuk pensiun dari pekerjaannya. Namun untuk satu pekerjaan terakhir, ia setuju untuk berkumpul kembali dengan saudara-saudaranya di kelompok The Hounds.
Sayangnya pekerjaan terakhir ini benar-benar ‘terakhir’, karena ternyata ia dan timnya dijebak oleh Colonel Hart (Robert Patrick, “Terminator 2: Judgement Day“) yang memiliki agenda tersembunyi. Alhasil seluruh tim The Hounds mati, menyisakan Ryder yang terluka parah dan mencari suaka pada mantan kekasihnya Salena (Rhona Mitra, “Underworld: Rise of the Lycans“).
Berbekal amarah tak terbendung, Ryder berniat untuk membalaskan dendam kematian saudara-saudara Houndsnya dengan dukungan Salena. Berhasilkah ia?
Hard Hitting vs. Editing
Di atas kertas, “Hounds of War” terlihat seperti sebuah film action yang menjanjikan. Sayangnya banyak elemen yang seharusnya works, tampak gagal dieksekusi dengan baik. Beberapa adegan baku hantam yang coba disajikan tampak kurang hard hitting dan bahkan lebih mengandalkan efek editing atau fast cam ketimbang grit.
Dari segi akting pun terasa sangat klise dan seisi film penuh dengan dialog-dialog alakadar yang hanya ada untuk menggulirkan laju cerita. Setiap kata yang disampaikan terasa kurang emosional ataupun variasi. Padahal, jika digali lebih dalam, ada banyak elemen yang bisa dikulik dengan lebih baik lagi.
Jika ada satu hal yang bagus dari film ini, mungkin kualitas sinematografinya yang mumpuni. Banyak adegan mencekam di dalam gedung saat baku tembak tampak sangat estetik. Belum lagi shot-shot di kota Malta dan city view yang ditampilkan, what a treat for the eye. Frank Grillo sendiri masih tampak sangat tampan untuk seorang pria dengan usia hampir 60 tahun.
Secara keseluruhan, “Hounds of War” adalah sebuah film action popcorn yang bisa dinikmati as is, alias nggak perlu mikir banyak untuk bisa menikmatinya. Meski klise dan tidak menawarkan sesuatu hal yang baru, kamu masih bisa menyaksikan Frank Grillo baku hantam dan adu tembak di layar lebar.
Film “Hounds of War” sudah bisa ditonton di bioskop-bioskop Indonesia mulai hari ini.
Jangan lupa untuk LIKE kita di Facebook, Follow Twitter dan Instagram TipsPintar.com. Ditambah lagi, biar gak ketinggalan video-video menarik dari kita, jangan lupa Subcribe YouTube Channel TipsPintar.com